Jumat, 20 April 2007

St. Sunardi: Sepakbola Adalah Ritus

Hendy Adhitya - Teras online

Yogyakarta (20/04/07) -- "Sepak bola adalah ritus sah penyaluran kegilaan dan agresivitas," ujar St. Sunardi, salah satu pembicara pada diskusi Radikalisme (Konsumsi) Bola. Diskusi terbatas ini diadakan di Bentara Budaya Kompas Yogyakarta, Kamis (19/04) lalu.

"Budaya yang muncul ini (fanatisme suporter -red) menjadi sub kultur yang wajar, " lanjut pembicara yang juga Ketua Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma. "Maka peliharalah kegilaan anda secara sah," seraya memberi nasehat kepada para peserta diskusi malam itu.

Suporter Harus Edan
Perwakilan pengurus suporter PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta turut hadir sebagai pembicara mendampingi St. Sunardi. Keduanya datang berkelompok dengan memakai seragam masing-masing. Pengurus Slemania (sebutan bagi suporter PSS Sleman -red) dengan seragam hijau diwakili Daru sebagai pembicara. Sedangkan kubu Brajamusti (sebutan bagi suporter PSIM Yogyakarta -red) diwakili Agung.

Terkait dengan radikalisme suporter bola, Daru berpendapat "kudu iso dadi wong edan le'arep dadi suporter, " (harus bisa jadi orang edan kalau mau jadi suporter -red) ujarnya dengan semangat. Tak beda jauh dengan Agung yang mengatakan, "suporter ibarat orang gila".

Keduanya kemudian membagi pengertian suporter menjadi dua. Yaitu, suporter dan penikmat bola. Bedanya terletak pada tingkat kefanatisan pelaku. Seseorang dikatakan suporter saat ia mendukung habis-habisan klub favoritnya dengan berbagai tindakan spontan seperti mengumandangkan yel-yel. Sedangkan penikmat bola hanya sebatas si pelaku ingin menonton pertandingan. Tidak lebih.

Diskusi ini terselenggara berkat kerja sama Institute for Football and Urban Society Studies (Infuss), Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Yayasan Pondok Rakyat.(hen)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar