Jumat, 27 April 2007

FPPI DIY Demo di Perempatan Tugu

Hendy Adhitya dan Joze Arimatea - Teras online
Foto oleh Joze Arimatea


Yogyakarta (27/04/07) -- Front Perjuangan Pemuda Indonesia DIY(FPPI DIY) kemarin (26/04) berdemonstrasi di perempatan Tugu Yogyakarta. Massa FPPI DIY sebanyak 15 orang berorasi dan merentangkan spanduk bertuliskan “Konsolidasi Kerakyatan untuk Kebangkitan Nasional”.

Aksi demonstrasi dimulai pukul 10.00 WIB. Mereka menuntut kepada pemerintah untuk menaikkan upah buruh, tolak UU Penanaman Modal, tanah untuk rakyat, rombak kurikulum dan tegakkan supremasi hukum.

Ari, Koordinator Aksi mengatakan, “pemaknaan demonstrasi ini sebagai pernyataan sikap kami (FPPI –red) terhadap kebijakan pemerintah yang nampaknya hanya menuruti desakan negara-negara donor”. Ia mencontohkan UU Penanaman Modal yang disahkan 29 Maret 2007 lalu oleh DPR merupakan kebijakan liberalisasi.


Lebih jauh lagi ia meminta masyarakat bersatu dan bangkit melawan segala bentuk penindasan dan penghisapan yang terjadi di negeri ini. Disamping itu, aksi ini juga merupakan aksi solidaritas atas ketidakadilan pengadilan negeri Manado yang memvonis bebas P.T Newmont Minahasa Raya 24 April lalu.


Sekitar satu jam kemudian massa FPPI DIY bergerak menuju perempatan kantor pos besar di Malioboro. Mereka berjalan tertib dengan kawalan satu truk polisi dibelakangnya. Sambil menyorakkan yel-yel “Rakyat bersatu! Tak bisa dikalahkan!” mereka sempat berorasi di depan Hotel Garuda dan di depan Gedung DPRD Yogyakarta.(hen/joz)
(selengkapnya...»)

Jumat, 20 April 2007

St. Sunardi: Sepakbola Adalah Ritus

Hendy Adhitya - Teras online

Yogyakarta (20/04/07) -- "Sepak bola adalah ritus sah penyaluran kegilaan dan agresivitas," ujar St. Sunardi, salah satu pembicara pada diskusi Radikalisme (Konsumsi) Bola. Diskusi terbatas ini diadakan di Bentara Budaya Kompas Yogyakarta, Kamis (19/04) lalu.

"Budaya yang muncul ini (fanatisme suporter -red) menjadi sub kultur yang wajar, " lanjut pembicara yang juga Ketua Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma. "Maka peliharalah kegilaan anda secara sah," seraya memberi nasehat kepada para peserta diskusi malam itu.

Suporter Harus Edan
Perwakilan pengurus suporter PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta turut hadir sebagai pembicara mendampingi St. Sunardi. Keduanya datang berkelompok dengan memakai seragam masing-masing. Pengurus Slemania (sebutan bagi suporter PSS Sleman -red) dengan seragam hijau diwakili Daru sebagai pembicara. Sedangkan kubu Brajamusti (sebutan bagi suporter PSIM Yogyakarta -red) diwakili Agung.

Terkait dengan radikalisme suporter bola, Daru berpendapat "kudu iso dadi wong edan le'arep dadi suporter, " (harus bisa jadi orang edan kalau mau jadi suporter -red) ujarnya dengan semangat. Tak beda jauh dengan Agung yang mengatakan, "suporter ibarat orang gila".

Keduanya kemudian membagi pengertian suporter menjadi dua. Yaitu, suporter dan penikmat bola. Bedanya terletak pada tingkat kefanatisan pelaku. Seseorang dikatakan suporter saat ia mendukung habis-habisan klub favoritnya dengan berbagai tindakan spontan seperti mengumandangkan yel-yel. Sedangkan penikmat bola hanya sebatas si pelaku ingin menonton pertandingan. Tidak lebih.

Diskusi ini terselenggara berkat kerja sama Institute for Football and Urban Society Studies (Infuss), Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Yayasan Pondok Rakyat.(hen)

(selengkapnya...»)

Rabu, 18 April 2007

Sri Sultan Ke-X Janji Tidak Akan Berkhianat

Hendy Adhitya dan Andri Wicaksono – Teras Online


Yogyakarta (18/04/07) -- Sri Sultan ke –X berjanji tidak akan berkhianat kepada masyarakat Yogyakarta. Demikian pernyataan tersebut disampaikannya saat acara Pisowanan Agung di Pagelaran Kraton, Alun-alun Lor Yogyakarta.

Acara berlangsung pukul satu siang waktu setempat. Sri Sultan ke –X beserta istri dan keluarga hadir menemui ribuan masyarakat Yogyakarta berkait dengan pernyataan kontroversi absennya Sri Sultan ke –X di pencalonan Gubernur DIY masa bakti 2008-2013.

Menurutnya, dengan tidak menjadi gubernur (lagi-red) di masa berikutnya, Sri Sultan malah bisa berbuat banyak hal kepada masyarakatnya. Tidak hanya masyarakat Yogyakarta namun masyarakat Indonesia juga. Contohnya, ia ingin menerapkan paham kemajemukan di masyarakat Indonesia seperti yang Sri Sultan lakukan selama ini bagi masyarakat Yogya. “Saya tidak mungkin akan berkhianat kepada masyarakat Jogja dan republik”, tegasnya. “Karena saya sudah berjanji kepada orang tua saya untuk mengayomi masyarakat Yogyakarta, dan saya berjanji tidak boleh memiliki ambisi selain untuk menyejahterakan masyarakat”, lanjutnya sembari diiringi tepukan tangan masyarakat Yogya yang hadir.

Sehubungan dengan keputusan Sri Sultan ke –X untuk tidak menjadi gubernur DIY di masa berikutnya, banyak warga yang menyatakan kesedihannya. Perwakilan pernyataan sikap dari masyarakat Kabupaten Sleman, Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul dan Kota Yogyakarta semuanya menyatakan kekagetan dan kekecewaannya terhadap langkah politis Sri Sultan ke –X ini.(hen/and)



(selengkapnya...»)

Senin, 16 April 2007

Bohlam Buka Pendaftaran!

Hendy Adhitya - Teras Online
Foto oleh Felycia Novka


Babarsari (16/04/07) Kelompok Profesi HMPS Komunikasi, Bohlam Advertising kini membuka pendaftaran anggota baru. Formulir dapat diambil di depan Tata Usaha.
Pembukaan pendaftaran berlangsung dari 16 April hingga 24 April 2007. Formulir terbatas. Hanya diperuntukkan kepada 100 orang pertama. Pengembalian formulir bisa dimasukkan di kotak pos merah di lobi kampus IV UAJY.
Susilo, salah satu anggota Bohlam mengatakan, alasan rekruitmen Bohlam ialah untuk regenerasi Bohlam. "Fokusnya yang menjadi anggota Bohlam nantinya ialah teman-teman dari angkatan 2006", ujarnya.

Mengenai konsep perekrutan, Bohlam menggunakan tampilan Ultraman dan tema "Fight for Your Future" dalam menggaet calon anggotanya. "kita menggunakan konsep itu maksudnya ingingin menunjukkan kalau hidup itu merupakan proses perjuangan, semangat dan belajar", Kata Susilo.

Sementara itu, respon mahasiswa ternyata cukup positif terhadap proses rekruitmen ini. Nyatanya, 50 lembar formulir Bohlam di hari pertama pendaftaran telah habis.(hen)
(selengkapnya...»)

Minggu, 15 April 2007

Reeta Sonoawat : Tanpa Perempuan, Pria Bukanlah Apa-Apa

Hendy Adhitya - Teras Online
Foto oleh Joze Arimatea


Babarsari (15/04/07) -- "Tanpa perempuan, pria bukanlah apa-apa", ujar Prof. Reeta Sonoawat saat menutup presentasinya mengenai Gender and Sexuality kemarin (14/04) di Gedung Don Bosco.

Reeta yang saat itu hadir bersama Dr. Dede Oetomo sebagai pembicara tampak bersemangat menyampaikan materinya. Salah satu materi yang dibicarakan saat itu ialah soal konstruksi , pengertian dan perbedaan antara gender dan seks.

Selanjutnya, peneliti yang berasal dari Women's University India ini menjelaskan pula keadaan riil dari kedua konsep tersebut. Seperti diskriminasi antara pria dan perempuan dalam urusan domestik maupun non-domestik di India.

Antusiasme peserta diskusi terlihat dari banyaknya jumlah peserta yang menjadi penanya terhadap topik bahasan ini. Adapun, jumlah peserta yang menghadiri acara ini kurang lebih mencapai 50 sampai 60 orang. Kebanyakan peserta merupakan dosen dan mahasiswa FISIP UAJY.

Sedangkan agenda presentasi Prof. Reeta Sonoawat berikutnya akan berlangsung tanggal 21 April 2007. Bertempat di Gedung Don Bosco lantai tiga jam 10.00 WIB. Dengan bahasan Gender and Journalism.(hen)
(selengkapnya...»)

Rm. Kirdjito: Tidak Semua Generasi Muda merupakan Generasi Salon !

Hendy Adhitya - Teras Online

Yogyakarta (15/04/07) -- "Tidak semua generasi muda merupakan generasi salon !", demikian ujar Rm. Kirdjito kemarin (14/04) saat diskusi soal budaya masyarakat kaki gunung. Rm. Kirdjito bersama Editor in chief National Geographic, Tantyo Bangun saat itu hadir sebagai pembicara dalam pameran APC Ring of Fire di Griya KR.

Maksud perkataan budayawan tersebut ialah generasi muda kini diharapkan agar terus melestarikan kebudayaan lokal bangsa. Karena generasi muda merupakan generasi penerus bangsa. Maka sudah sepatutnya anak muda jaman sekarang tidak tenggelam didalam kebudayaan asing.

Lebih jauh Rm. Kirdjito mengatakan, generasi muda di desa kini juga telah berubah laiknya pemuda kota. "Mereka bertani, namun pakaiannya bagus-bagus", ujar Rm. Kirdjito memberi contoh riil bentuk perubahan budaya di masyarakat kaki gunung Merapi.

Melihat kenyataan ini, Rm. Kirdjito hanya bisa mengamini. Tapi baginya bukan berarti kebudayaan lokal dibiarkan lenyap begitu saja. "Perlu ada kesadaran akan alam", begitu pendapatnya.

Sewaktu memberikan penjelasan berkait dengan definisi kearifan lokal, ia menjawab "...yang disebut kearifan lokal bukan ritualnya, tapi manusianya yang cinta alam". Ia berkesimpulan bahwa untuk mempertahankan kebudayaan lokal, manusia harus sadar dan mencintai alam sekitarnya.

Sementara itu, Tantyo Bangun yang mendapat giliran kedua, menyampaikan materi soal Bentuk dan Isi Foto. Sesi ini paling ditunggu-tunggu para peserta diskusi yang sebagian besar fotografer.

Seusai acara para peserta kemudian melihat pameran foto hasil jepretan para fotografer APC. Objek jepretan fotografer APC di pameran kali ini ialah masyarakat di lereng enam gunung di Pulau Jawa. Keenam gunung tersebut ialah Gunung Patuha, Semeru, Dieng, Merapi, Kawah Ijen dan Gunung Kawi.

Perlu diketahui, pameran APC Ring of Fire berlangsung sejak tanggal 14 April hingga 20 April 2007 nanti.(hen)


(selengkapnya...»)

Kamis, 12 April 2007

Si Jago Merah Hanguskan 9 Kios

Hendy Adhitya - Teras Online

Selokan Mataram (11/04/07) -- Kemarin malam (10/04) si jago merah menghanguskan sembilan kios di wilayah Selokan Mataram, Seturan, Yogyakarta. Menurut saksi mata kejadian berlangsung pukul 22.00 WIB.

Dua mobil pemadam kebakaran yang datang malam itu berhasil memadamkan api. Sedangkan aparat polisi segera mengamankan TKP dengan memberi garis batas polisi.

Kejadian ini mengundang perhatian masyarakat sekitar Selokan Mataram. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Hingga kini polisi masih menyelidiki penyebab kebakaran yang telah menghanguskan sembilan kios.(hen)
(selengkapnya...»)

Rabu, 11 April 2007

APC Gelar Pameran Foto Ring of Fire

Michael Eko Hardianto - Teras online


Babarsari (11/04/07) -- Atmajaya Photography Club (APC), menyelenggarakan pameran foto bertajuk “Ring of fire (kearifan dan pesona kehidupannya)“ pada tanggal 14 – 20 April 2007 mulai pk 09.00 – pk 21.00. Pameran yang bertempat di Griya Kedaulatan Rakyat, Jl. Pangeran Mangkubumi, Yogyakarta tersebut merupakan acara tahunan APC sebagai bentuk apresiasi dalam bidang fotografi serta mengenalkan budaya Indonesia, khususnya budaya masyarakat kaki gunung Indonesia.

Tema yang diangkat dalam pameran kali ini adalah “Pesona Masyarakat Kaki Gunung Indonesia”. Sebagai sebuah negara yang berada di area Ring of Fire, Indonsia memiliki banyak sekali daerah gunung, pegunungan dan dataran tinggi. Hal ini menyebabkan kehidupan masyarakat Indonesia tak lepas dari daerah pegunungan. Dalam kehidupannya, masyarakat kaki gunung mempunyai pandangan dan kearifannya sendiri dalam memandang gunung yang mereka tinggali. Berbagai kearifan lokal itu lah yang menjadi sebuah pesona yang menambah keindahan sebuah gunung.

Berangkat dari hal itulah, APC kemudian mencoba mengeksplorasi kehidupan masyarakat di beberapa gunung di Indonesia. Gunung yang menjadi tujuan kegiatan APC tersebut adalah Gunung Patuha, Semeru, Dieng, Merapi, Kawah Ijen, dan gunung Kawi.

Pameran yang akan diadakan, memuat kurang lebih 50 foto dengan menampilkan enam tempat sebagai hasil liputan Tim APC. Akan dilaksanakan pula pembukaan pameran dan diskusi foto saat pembukaan pameran yaitu pada Sabtu, 14 April 2007 mulai pk 18.00 WIB dengan mengundang pembicara Tantyo Bangun (Editor in chief National Geographic Indonesia), Rm.Kirdjito (budayawan), dan Imot sebagai moderator.(APC/mik)

Pameran
tanggal  : 14-20 April 2007
tempat  : Griya Kedaulatan Rakyat. Jl. Pangeran Mangkubumi, Yogyakarta
waktu   : 09.00 – pk 21.00 WIB

Pembukaan dan Diskusi
tanggal  : 14 April 2007
tempat  : Griya Kedaulatan Rakyat. Jl. Pangeran Mangkubumi, Yogyakarta
waktu   : 18.00 WIB
Pembicara: Tantyo Bangun ( National Geographic Indonesia), Rm.Kirdjito (budayawan),
Imot (moderator)



(selengkapnya...»)

Selasa, 10 April 2007

Grebeg Gunungan, Puncak Perayaan Sekaten

Andri Wicaksono - Teras Online
Foto oleh Andri Wicaksono

Yogyakarta (31/03/07) -- Puncak Perayaan Sekaten yang berlangsung dari Pagelaran Keraton hingga Halaman Masjid Agung Kauman, berlangsung lancar, meski luapan massa tak terbendung. Rangkaian puncak upacara Sekaten yang ditandai dengan hadirnya gunungan telah menjadi penantian tersendiri bagi masyarakat yang ikut “merayah” gunungan.

Keseluruhan terdapat enam buah gunungan yang melambangkan kekayaan hasil bumi di bumi Mataram. “Perjuangan melestarikan kebudayaan Jawa, salah satunya melalui ritual seperti ini. Memang pada kenyataannya, budaya seperti ini semakin luntur. Namun saya pribadi, masih tetap ngawula dalem", kata Hardi, salah seorang prajurit Lombok Abang.

Penuhnya massa yang memadati halaman masjid Agung Kauman, semakin sulit dikendalikan. Satuan Polisi Pamong Praja, dan jajaran Poltabes Yogyakarta, terlihat kewalahan mengatur massa. “Massa sebenarnya terprovokasi, oleh ulah wartawan dan fotografer, yang memancing reaksi massa. Wartawan yang berkerumun di depan pintu gerbang Masjid, membuat massa menjadi penasaran. Sementara, massa berada sekitar 15 meter dari pintu gerbang”, kata Diyono, Komandan Lapangan Pol PP. Keributan antara petugas, wartawan, dan massa semakin memanas, ketika arak-arakan gunungan menuju masjid Agung.

Begitu gunungan selesai didoakan oleh ulama Keraton, massa langsung menyerbu gunungan. Tidak sedikit yang datang dari luar DIY, seperti Magelang, Klaten, Wonosobo Semarang, Solo. Warsih, warga Wonosobo sengaja datang ke Yogyakarta jam 5 pagi agar bisa masuk ke kompleks masjiD Kauman. ”Ngalap Berkah”, menjadi motivasi tersendiri bagi masyarakat untuk upacara gunungan di Keraton Yogyakarta.(and)
(selengkapnya...»)